Ada cerita menarik dari sepatu yang ada di foto ini. Bahan batik yang digunakan pada bahan sepatu ini adalah batik motif kopi tutung.
Nah pertanyaan saya pada seorang teman, kalau memang diproduksi pada tahun tersebut, harusnya kopi tutung adalah kain bersejarah dan rasanya tega kalau memotong kain batik lawas untuk di jadikan bahan sepatu atau tas, berikut penjelasannya yang menurut saya ada benarnya.
"Kain-kain lawas umumnya berumur 40 tahun ke atas, khusus untuk kopi tutung, umurnya mencapai 80 tahun ke atas. Bisa dibayangkan betapa rapuhnya kain tersebut apalagi jika pemilik sebelumnya memakai kain tersebut secara intensif atau kurang merawat kain tersebut. Saat ini, kain lawas tersebut sudah banyak yang mengalami cacat (robek, kotor atau berlubang), karena dimakan ngengat, lapuk, dll. Kain ini jika dibiarkan dan disimpan kelamaan bisa menjadi cacat 100% sehingga banyak pelaku industri rumahan yang memanfaatkan kain lawas cacat ini untuk diberdayakan menjadi tas, sepatu dan asesoris dari batik lawas lainnya. Produksi tas, sepatu dan asesoris dari batik lawas biasanya dikombinasikan juga dengan penggunaan kulit lokal Indonesia, sehingga ada 2 kontributor industri lokal yang akan diangkat secara ekonomi yaitu para pengrajin tas/sepatu serta produsen kulit lokal (reptil maupun non reptil)."
Kopi Tutung rata-rata diproduksi sekitar tahun
1910 - 1930, oleh keluarga Tjoa. Pada masa itu pengerajin masih menggunakan pewarnaan alam, diproses warna merahnya di Lasem, makanya merahnya bisa merah khas banget, biru di Pekalongan dan
sogan (warna alam coklat) di Solo. Prosesnya sedemikian rupa untuk sogan sehingga jadi coklat
yang gosong (tutung) mirip kopi. Kain kopi tutung dulu banyak dibuat untuk konsumen di
Jawa Barat, maka ada kata Tutung yang berarti gosong.
Nah pertanyaan saya pada seorang teman, kalau memang diproduksi pada tahun tersebut, harusnya kopi tutung adalah kain bersejarah dan rasanya tega kalau memotong kain batik lawas untuk di jadikan bahan sepatu atau tas, berikut penjelasannya yang menurut saya ada benarnya.
"Kain-kain lawas umumnya berumur 40 tahun ke atas, khusus untuk kopi tutung, umurnya mencapai 80 tahun ke atas. Bisa dibayangkan betapa rapuhnya kain tersebut apalagi jika pemilik sebelumnya memakai kain tersebut secara intensif atau kurang merawat kain tersebut. Saat ini, kain lawas tersebut sudah banyak yang mengalami cacat (robek, kotor atau berlubang), karena dimakan ngengat, lapuk, dll. Kain ini jika dibiarkan dan disimpan kelamaan bisa menjadi cacat 100% sehingga banyak pelaku industri rumahan yang memanfaatkan kain lawas cacat ini untuk diberdayakan menjadi tas, sepatu dan asesoris dari batik lawas lainnya. Produksi tas, sepatu dan asesoris dari batik lawas biasanya dikombinasikan juga dengan penggunaan kulit lokal Indonesia, sehingga ada 2 kontributor industri lokal yang akan diangkat secara ekonomi yaitu para pengrajin tas/sepatu serta produsen kulit lokal (reptil maupun non reptil)."
No comments:
Post a Comment